Batik

Leave a Comment
Gara-gara Batik

10 Juli 2013
Hari dimana aku mengenalnya. Aku heran dengan semua ini. Aku hanya mengagumi kostum yang dia pakai dan warna yang ku sukai.
(sensor akun). Tiba-tiba nama itu muncul di berandaku, saat akun itu mengirim sesuatu di dinding temanku. Karena aku, “Kiki Widyasari” yang sangat kepo akan seseorang siapapun itu akhirnya aku add to friend akun itu. Setelah beberapa hari akun itu mengkonfirmasi permintaan pertemanan itu.

Hari berganti minggu, sudah ku bilang aku hanya Kepo’ers yang hanya ingin add to friend, saat aku add akun itu saja aku sama sekali tak melihat-lihat detail profilnya. Ya, karena aku hanya iseng memperbanyak teman. Akun itu kembali muncul di berandaku entah karena apa, aahh aku lupa itu, akhirnya aku see detail about his profile. Ternyata, oh my God batik, I like batik, ia mengenakan batik dalam profile photonya dan warnanya… Aaah… Purple… Like banget sama ungu

Juli 2013
Entah tanggal berapakah aku mulai mengagumi makhluk itu. Yang dulu hanya mengagumi kostum yang dia paka tapi kini, justru aku malah menyukai makhluk itu. Aku mulai dekat dengannya melalui komentar di foto itu, aaa… asik juga ternyata orangnya. Biasanya orang yang baru kenal itu tidak begitu asik untuk diajak chat, tapi dia lain… dia ituuu, soo unique, aku suka yang unik. Dari komentar itu kita jadi saling dekat dan aku sempat meminta nomor telfonnya. Kita semakin dekat, aduuhh, aku mulai bingung dengan hati ini. Begitu mudahnya aku menaruh hati pada seseorang, entah apa yang aku suka darinya Apakah karena cara dia meresponku? atau… karena apa..? Oh Tuhan, ada apa dengan aku… entah apa sesuatu yang melatarbelakangi mengapa aku menyukainya.

Aku mengenalnya, bertambah 1 seseorang yang mewarnai hariku “Bima Hilmy” seiring berlalunya waktu rasa ini semakin menjadi. Melahirkan sebuah panggilan baru untuknya. “Mr. Smile” hahaha kalau dipikir-pikir, lucu juga yah panggilannya “Tuan Senyum” ya, memang begitulah Bima. Akhir kata dalam sms dia selalu melukiskan titik dua tutup kurung seperti ini? :) Tak lama, berhari-hari ku jalani hariku dengannya meskipun melalui 1 short message. Sekedar menanyakan kabar, bagaimana hariku, atau yang lainnya lah, hari-hariku menjadi lebih indah dibuatnya.

27 Juli 2013
Saat yang kesekian kalinya aku bertelepon dengannya. Di malam itu, di malam tanggal 27 Juli 2013 ia menanyakan bulan dan tanggal kelahiranku. Lalu aku pun berbalik Tanya padanya. Dan ternyata, tanggal 20 Juli kemarin dia miilad yang ke (sensor) tahun. Sudah terlambat 1 minggu ternyata.
“Happy Birthday” hanya kata itu yang terucap dari bibir ini. Lidahku kelu saat ingin mendo’akan. Saat mengucapkan happy birthday pun aku tak tau mengapa sangatlah gugup seperti ragu. Tuhan… ada apa denganku…

Juli 2013
“Nanti kalau kita sama-sama liburan kita ketemuan yuk”
Tuhan.. apalagi ini, dia mengajakku untuk meet up. Tapi aku harus sabar menantinya karena harus menunggu habisnya semester satu ini agar bisa berlibur dengan makhluk itu.
Juli, Agustus, September, Oktober, November, DESEMBER. 1, 2, 3, 4, 5, (6)
6 bulan lagi. Sungguh waktu yang amat tidak singkat.

2 Agustus 2013
Setelah ke sekian kalinya aku merasakan sesuatu yang menjanggal. Di tanggal itu, di tanggal itu ia mengungkapkan rasa dalam qolbunya padaku. Tuhan Pemilik Cinta… “dia merasakan sesuatu yang sama” apa itu… apa itu… “cinta”. Yah “cinta” memang bimbang.
Sebenarnya aku sudah lama peka, dari caranya meresponku. Terliat dari kata “sayang” yang dia ungkapkan melalui baris-baris pesannya. Saat itu aku baru pulang dari toko buku daerahku. Dan kata-kata itu… “Kiki Sayang” membuatku tercanggung di tepi jalan yang ku lalui. Aku terdiam, aku terpaku, aku menganga.
“neng, neng, Kosambi.. Kosambi, naek jangan diem aja” seketika suara abang-abang angkot membuat seluruh lamunanku terbuyar.
Hari-hari ku lalui bersamanya meski sama sekali tidak “face to face”. Hingga pada saat itu, kami membicarakan Ujian Akhir Semester. Kabarnya, sekolahku mengadakan UAS di minggu kedua bulan Desember. Bagaimana dengannya? dan ternyata.. “first week”. Bagaimana ini, pelaksanaa UAS di masing-masing sekolah kami tidaklah di waktu yang sama. Hanya do’a yang menjadi senjataku saat itu. Karena aku mengerti dengan ala mini. “manusia merencanakan, Allah yang menentukan”.

Saat pagi di sekolahku, seruan dari tata usaha selalu membuat aku dan murid di sekolahku merasa gondok.
“uh, apel mulu dah. Gak aus?” celetuk Devita, teman sebangku ku
Apel. Yang apel pagi memang sudah terlalu sering sekolahku lakukan. Membuat kami jenuh bersekolah. Uwwaaww… Tapi, apa yang dibicarakan…?

“kalian harus lebih meningkatkan belajar kalian, waktu belajar kalian di sekolah lebih banyak di sekoah daripada di rumah. Karenanya gunakan waktu di sekolah itu sebaik mungkin. Karena sebentar lagi UAS akan dilaksanakan awal pecan di bulan Desember ini. Kalian akan mengikuti ujian semester pertama untuk kelas sepuluh”.

Yah, kurang lebih seperti itu yang ibu kepala sekolah tuturkan. Yang lain merasa berat hati karena pekan UAS tinggal menghitung jari (pake jari sendiri juga bisa). Lain dengan aku. Aku sangatlah senang dengan dilaksanakannya UAS di minggu pertama. Karena memungkinkan untuk berlibur di tanggal yang sama pula.
Aku pun mempersiapkan untuk UAS dengan persiapan yang lebih matang dibandingkan UTS kemarin.

UAS pun di depan mata. Usaha telah ku lakukan, dan hanya dengan do’alah aku berharap bisa merebut peringkat yang ku idamkan.

Setelah pekan UAS terlewati, langkah selanjutnya yaitu menunggu keputusan berlibur dari kepala sekolah dan kapan berlibur di kampung halamanku untuk berlibur refresh otak dan bertemu dengan makhluk itu.

Akan tetapi terdapat sedikit ketidaksepakatan antara aku dengan ibuku. Ibuku tidak mengizinkanku pulang karena suatu alasan. Sekali lagi, hanya do’a yang ku jadikan senjata di hidup ini yang memungkinkan bisa merubah ke hal yang aku harapkan.

Akhirnya aku bisa berlibur di kampong halamanku di tanggal 22 Desember 2013. Ku Tanya dirinya kapan ia kemari, ternyata di tanggal 27 atau 28an. karena tanggal 26 Desember dia ada reuni dengan teman sekolahnya dulu.

26 Desember 2013, Afternoon
“abis beli gallon yah?, pake kerudung item?”
Begitulah kata-katanya di baris-baris layar. Dan apa? ternyata ia sudah sampai di tempatku kini.
Tuhan… aku sangatlah bersyukur. Di malam itu kami bisa bertemu, berawal dari kesalahpahaman mengenai tukang gulali yang menyebabkan ia pergi dengan maksud menemuiku padahal aku masih di rumah. Karena aku tak ingin membuatnya kecewa, aku pun meminta saudaraku tuk temani aku menemuinya. Dari situlah yang akhirnya kami “meet up” yang pertama kalinya.

27 Desember 2013
Adalah meet up yang kedua kalinya. Dari awal kita sudah merencanakan untuk meet di tempat yang sudah kita tentukan. Siang setelah dzuhur aku melakukan rutinitas Jumat untuk pergi berziarah di tempat rutin itu. Aku diajak untuk menaiki mobil ustadz pembimbingku karena suatu hal. Sayangnya saat perjalanan pulang, mobil itu seperti tercium aroma kurang enak. Ku adukan hal itu, pada akhirnya aku terpaksa untuk mengikuti mobil rombongan. Mobil itu tanpa atap, yah bisa dikatakan losbak. Aku sempat khawatir kalau nanti hujan, dan ternyata sore itu kami benar-benar terguyur air berasal dari langit itu. Hmm… Udaranya… Yah you know lah, Tapi pada akhirnya kami bisa sampai kembali di tempat, loh kok curhat?, Aku langsung menuju kamar mandi ku, kemudian melaksanakan 3 rakaat lalu ku sms dirinya. Ku Tanya dia apakah dia sudah sampai di tempat itu?
“dari tadi juga udah di sini kali” Begitulah jawabnya… dia sudah lama menungguku. Aku bergegas ke tempat yang sudah kita sepakati. Hmm…

28 Desember 2013
Romantis itu segala sesuatu yang dilakukan berdua, Jalan berdua cari tukang es tapi tutup, Pada akhirnya aku hanya beli es yang harganya paling muahalll, weww.
“a, mau es apa” tanyaku. Dia hanya menggeleng dan meminta 2 sedotan untuk 1 es
Roman kannn, dari kemaren ya roman mah, pas pulang abis makan nganterin aku dekap aku dari belakang dan mengucapkan “nice dream” hmm, itu yang membuatku rindu.

29 Desember 2013
Tak seperti malam yang telah terlewati, pertemuan kali ini dicancel. Padahal cuaca cerah, tidaklah mendung apalagi hujan. Hm, sudahlah lagipula aku masih ada ta’lim ba’da isya nanti. Dia pun menanyakan padaku kalau saja pertemuannya ba’da isya gimana? ku beritahu dia bahwa ba’da isya mau ta’lim dan pulang pun aga lama.

Pada akhirnya setelah aku pulang ta’lim kita bertemu di jalan dan ia mengantarku pulang. Dia pun tak menyangka kita masih bisa bertemu malam itu. “masih seperti kemarin”

30 Desember 2013
Kali ini kami bertemu di tempat yang lain. Akan tetapi… ouu… GERIMIS, Aku sudah setengah jalan, mau kembali ke rumah jauh, mau ku lanjutkanpun jauh. Aku sms dia, tak ada jawaban. Mungkin karena sudah lama menungguku. Akhirnya ku lawan air mata awan itu. Aku pun bertemu dengannya. Masih seperti kemarin, indah sungguh indah liburan ini.

Di malam itu ia memberikanku gulali. Yah, makanan kesukaanku, kita makan gulali itu berdua.
Tapi setelah kita meninggalkan tempat itu. Di jalan, ia memegang tanganku. Apa ini, dingin… sungguh dingin. Aku iba, aku khawatir. Namun ia hanya berkata “biarin aja kalau sakit mah”
Hanya do’a yang ku tuturkan dari hati ini. Smoga tak terjadi apa-apa dalam dirinya.

31 Desember 2013
Malam ini adalah malam pergantian tahun. Yang ku harapkan di malam ini hanyalah ingin bersamanya lagi. Tapi itu hanya angan karena dirinya telah memiliki rencana dengan saudara nya. Hm… pada akhirnya ia hanya mengantarku pulang dari ta’lim. Seperti sebelumnya, selalu ada yang berkesan dalam setiap pertemuan. Saat itu dia masih jongkok di seberang jalan. Ku minta dirinya tuk menghampiriku namun ia malah menyuruhku balik. Akhirnya ku dekati dia. Tuhan, asiknya makhluk ini makan lolipop. Ku ledek dia makan, ku coba tepis telapak tangan kirinya. Kkkkrrsssskk, bunyi plastik. Sepertinya bunyi plastik lollipop itu, dan apa yang ia lakukan? dari tangan kanannya ia ulurkan permen bulat dengan gagang putih untukku. Ya, loli itu. Mengisyaratkannya agar mulutku terbuka tuk melahap lolipopnya. Indah, sungguh indah.

1 Januari 2014
Malam ini bisa dikatakan malam terakhirku bersamanya di liburan ini. Awalnya aku merencanakan tuk cari makan di luar bersamanya, tapi ternyata itu gagal.
“a, aus” ungkapku
“ya udah mau minum apa?”
“terserah deh,”
“jangan gitu jawabnya”
Yah begitulah aku setiap kali ditanya, ku selalu jawab “terserah”. Aku merasa tidak enak hati, aku sudah menjanjikan tuk mentraktirnya. Ini malah kebalik, justru dia yang mentraktirku.
Tapi…
Ah, sungguh sweet. Tak adda makan bareng, ngemil bareng pun jadi. Tak ada nasi goring, chocolatos pun jadi, dan… 1 es 2 sedotan.

2 Januari 2014
2 Jan 2014 dia akan kembai ke tempatnya. Ia meminta untuk bertemu denganku lagi. Padahal semalam sudah seperti sinetron, ia peluk erat tubuh ini, Tuhan.. rasanya aku tak ingin melepaskannya. Tapi nanti tidak enak dengan orang lewat. Dan pagi itu,
“pengen ketemu lagi” smsnya
“tapi… emang bisa a?” balasku
“bisa neng, berangkatnya juga jam 10”
“tapi mau di mana? di rumah mau?”
Aku menyarankan dia untuk menemuiku di rumah. Dia pun mengiyakannya. Di rumah, ia meminjam buku Kahlil Gibran milikku.
“cukupkah baca 1 buku ini dalam waktu 1 jam?” ungkapnya
Ku jawab singkat “enggak”
Dia menatapku serius..
Kita mulai membaca buku itu, hmm..
“oh ya cerpennya baru setengah jadi tuh”
“mana coba liat”

Awalnya aku malu tuk memperlihatkan karya jelekku. Tapi sekalilagi, ia menatapku serius. Seolah memintaku untuk memperlihatkan cerpen itu. Aku hanya mengiyakan, ku ambil karya jelekku dan ia membacanya. Tapi aku tidak boleh sekali-kali menyentuh buku itu karena ia takut aku mengambilnya lagi. Dia mengunci tanganku rapat-rapat, memegang erat tangan ini. Ku paksa tuk ambil buku itu, alhasil justru tanganku yang kena imbasnya.
“hm, belum tau siapa aku yah” ungkapnya
“belum”
Sejenak ku berfikir.
“eh iya dah, anak PS (pencak silat)” celetukku
“nah, makanya jangan macem-macem lagi yah, tar kayak tadi tuh “
“hm, iya iya…”

Dia melanjutkan membaca. Sampai pada akhirnya dia selesai membaca.
“a, udah jam 10” jelasku
Ia menengok ke arah jam yang detiknya terus berputar tanpa lelah. Ia genggam erat tanganku.
“jangan sedih, setiap pertemuan ada perpisahan. Kuat yah” ungkapnya pada diri yang lemah ini. Ku coba tegar.
Dia menatapku serius. Dia memelukku, dia peluk erat tubuh ini
“a, udah..”
“masih kangen…”
Ia pejamkan kedua matanya. Ku terus sadarkan dia dan lama kelamaan pun ia buka kembali mata itu. Dia memelukku lagi.
“gak mau ninggalin…” ungkapnya lirih
“kan kata aa juga setiap pertemuan ada perpisahan”
Dia terus memelukku tak inginkan dia tuk meninggalkanku, dan ia lepas kehangatan itu.
“foto yah” ajaknya
“di mana”
“di mana aja”
Pada akhirnya ia setting smartphone nya untuk memotret kita. Kami foto berdua. Indahnya perpisahan ini.
Namun kita hanya 2 kali foto karena tiba-tiba ada saudaraku yang masuk ke rumahku, dan aku mengusulkan kekasihku tuk kembali. Awalnya ia menolak tapi ia mau juga tuk tinggalkan diri yang lemah ini. Ia memeluk lagi. Tuhan, jaga dia…, Dia telah pergi. Aku baru ingat dengan buku Kahlil Gibran itu.
“a, sini lagi deh ada yang ketinggalan”
Tapi ia gak respon sms ku. Setelah lama ia baru bales.
“apa neng”
“udah, sini aja”
Ia tak membalasnya lagi.
“dibilang bukunya buat aa aja” ku coba kirim sms lagi
“iyah neng” balasnya
Dan tak lama kemudian…
“neng, udah di depan”
Ku temui dia, dan aku berebutan buku itu karena bukunya dipegang saudaraku yang jahil itu. Namun aku bisa merebut buku itu dan kuserahkan pada kesayanganku.
Dia ulurkan tangannya dan mendekatkan ke wajahku seolah mengisyaratkan agar aku mencium tanganny.

Cerpen Karangan: Kiki Widyasari SMK Negeri 60 Jakarta
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 komentar:

Post a Comment