Cinta Dalam Hati

Leave a Comment
Cinta Dalam Hati

Alika Maharani” itu namaku. Aku baru duduk di kelas XII SMA. Aku mengagumi seseorang, dia adalah teman sekelasku di kelas X dulu, namanya “Faiz”. Orangnya keren, ganteng, tapi sedikit menyebalkan. Dia memang siswa yang cukup pintar di kelas bahkan dia selalu mendapat peringkat pertama di kelas. Saat pertama aku bertemu dengannya, aku sempat tidak suka padanya, sikap cuek dan sok cool nya itu yang membat dia terlihat menyebalkan di hadapanku. Tapi entah kenapa tiba-tiba dia menjadi sosok yang istimewa di hadapanku, padahal sikap cuek dan sok cool nya itu masih tetap terlihat di dirinya.

“Al, tau gak sih, Faiz baru putus tuh sama pacarnya.” kata temanku, Shayna.
Deg.. deg.. deg..
“Yes.. Yes.. Yes..” teriakku dalam hati.
“Oh ya? Masa sih? terus emangnya kenapa kalau Faiz putus, masalah gitu buat gue?” tanyaku pura-pura tak peduli.
“Ihh, Alika gak seru… Gue tau lo gak suka sama dia tapi ekspresi lo gak usah gitu juga dong, lo kaget atau gimana gitu?”
“Oh.. cius? Miapa? Macacih? Gitu hah?”
“Ah, gak asik.” Shayna pergi meninggalkanku.
Aku melihat ke arah Shayna pergi, melihat dia benar-benar pergi atau hanya pura-pura.

Setelah memastikan dia benar-benar menghilang dari pandanganku, aku melompat-lompat gak jelas, tanpa peduli banyak siswa yang melihat tingkah konyolku termasuk Faiz. Duh malu banget deh aku.
“Lagi seneng ya?” Tanya Faiz padaku
“Hah? Dia ngomong sama gue?” ucapku dalam hati.
“Yah, malah bengong” katanya bingung dan berjalan meninggalkanku.
Aku menatap punggungnya yang semakin menjauh dari pandanganku dan mulai bertanya dalam hati.
“Tadi dia ngomong sama gue yaa? Ya Tuhan.. itu pertama kalinya dia ajak gue ngomong, biasanya suaranya itu mahal banget buat gue.”
Hehe, aneh ya memang aneh. Aku memang satu kelas dengannya tapi setelah hampir 3 tahun kenal, dia baru ngajak aku ngomong.

Esoknya aku bertemu lagi dengannya, kali ini dia tersenyum padaku, senyumnya benar-benar manis. Aku baru melihatnya tersenyum seperti itu. Entah kenapa rasanya aku ingin waktu berhenti saat itu juga. Aku ingin lebih lama menatap senyum manisnya itu.
“Hai..?” sapanya padaku
“Eh hai juga, apa kabar, Iz?” tanyaku gugup.
“Baik, kamu?”
“Aku sangat.. sangat baik.” Jawabku sambil terus menatap senyumnya yang masih terpasang untukku.
“Oh.. masih seneng kaya kemaren?”
“Hah?? Kali ini lebih dari itu Iz.”
“Oh ya.. mau bagi-bagi senengnya gak sama aku?”
“Hah? Emang kamu lagi gak seneng?”
Faiz hanya menggelengkan kepalanya.
“Lagi gak seneng aja senyum kamu udah manis banget gitu, apalagi kalau lagi seneng ya, pasti senyuman kamu bisa ngalahin manisnya gula deh.”
“Aduh.. kamu gombal banget ya.. Eh iya aku mau gombal juga deh.”
“Apa?”
“Kamu tau gak bedanya kamu sama pelajaran?”
“Gak tau, emang apa?”
“Kalau pelajaran itu aku simpan di otak aku, tapi kalau kamu aku simpan di hati aku.”
“Wow.. so sweet banget, ternyata kamu gak nyebelin yaa..”
“Hah? Emang selama ini aku nyebelin?”
“Iya.. nyebelin banget. Dari kelas X, baru kali ini kamu ajak aku ngobrol dan dari kelas X juga, baru kali ini kamu gak cuek sama aku.” Jawabku blak-blakan.
Aku segera menutup mulutku dengan kedua tanganku.
“Hehe, iya juga sih..”
“Kamu gak marah aku ngomong kaya tadi?” Tanyaku hati-hati.
“Gak lah.. tenang aja kali, emang kenyataan juga kan?”
Aku hanya tertunduk malu.
“Makasih ya udah bikin aku gak cuek lagi.” Katanya sambil tersenyum dan pergi.
“Ya ampun dia itu makin keren aja deh. Jadi makin suka gue, andai dia juga bisa suka sama gue, duh gue pasti bahagia banget.” Kataku sambil berkhayal.
“Hayo.. ketahuan ya lo suka sama Faiz.” Ucap Shayna yang tiba-tiba muncul di belakangku.
Aku pun berbalik.
“Shayna,” Ucapku kaget.
“Ternyata lo suka ya sama cowok cuek dan sok cool itu. Katanya gak bakal suka?” Ledek Shayna.
“Aduh Shay, plis deh gak usah lebay, tadi kan gue cuma…”
“Cuma apa? Udah deh gak usah banyak alesan, benci itu bisa berubah jadi cinta kok..”
“Hmm.. iya sih gue akuin gue emang suka sama Faiz, tapi lo jangan bilang siapa-siapa yaa?” pintaku.
“Hmm, gimana yaa?”
“Ihh, Shay plis, lo kan sahabat gue yang paling cantik..”
“Haha.. Iya deh, lo tenang aja. Eh tapi lo udah bilang belum kalau lo suka sama dia?”
“Ya belum lah, lagian gue juga gak bakalan bilang kali.”
“Loh kok gitu?”
“Gue gak mungkin kan bilang ke dia, bisa-bisa dia jauh lagi sama gue. Deket sama dia tuh susah Shay.”
“Tapi kan lo belum tau perasaan dia ke lo gimana, barangkali aja dia suka juga sama lo.”
“Gak mungkin Shay. Gue tau siapa dia, gue tau gimana tipe cewek idamannya. Biarin aja gue simpen cinta ini dalam hati. Cukup gue, lo dan Tuhan yang tau.” Kataku sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Shayna.

Beberapa bulan kemudian..
Hari ini perasaanku benar-benar tak karuan, entah kenapa aku sangat takut, takut kehilangan Faiz. Ya, hari ini adalah hari perpisahan kelas XII, aku takut berpisah dengan Faiz, cowok nyebelin dan sok cool itu benar-benar membuatku galau.”
Saat aku tengah asik menggalau, aku mendengar banyak cewek-cewek meneriakkan nama Faiz. Ternyata saat itu Faiz akan tampil, ya dia suka banget sama nyanyi. Kali ini dia akan tampil menyanyikan sebuah lagu di acara perpisahan.
“Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang telah membuat saya berubah, seseorang yang telah mengajari saya tentang arti sebuah CINTA” katanya sambil tersenyum dan mulai memainkan gitar di tangannya.

“Menatap indahnya senyuman di wajahmu,
Membuatku terdiam dan terpaku,
Mengerti akan hadirnya cinta terindah
Saat kau peluk mesra tubuhku.
Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan
Kepada dirimu..
Aku ingin engkau slalu hadir dan temani aku
Di setiap langkah yang meyakiniku,
Kau tercipta untukku, sepanjang hidupku.”

Suaranya benar-benar merdu, menenangkan hatiku. Tiba-tiba dia menyimpan gitarnya dan menghampiriku. Dia berlutut di hadapanku dan mengatakan.
“Alika, will you be my girlfriend?”
Jujur aku bingung setengah mati mendengar pertanyaannya. Aku kira itu mimpi, dan andaikan itu mimpi, aku berharap aku gak bangun dari tidur aku.
“Apa? Kamu lagi bercanda ya?” tanyaku bingung.
“Alika, aku gak pernah bercanda.”
“Tapi.. gimana mungkin kamu bisa suka sama aku, sedangkan selama ini aku tau kamu itu cuek banget, nyebelin..”
“Cinta itu bisa datang kapan aja tanpa kita duga sebelumnya. Aku memang bodoh, aku cuek dan gak mau tau soal pendapat orang tentang cueknya aku. Tapi, waktu itu kamu bilang yang sebenarnya tentang aku, aku sadar, aku butuh orang lain, gak seharusnya aku cuek dan gak peduli sama orang lain, iya kan?”
Aku tersenyum mendengar ucapan Faiz.
“Jadi, apa jawaban buat aku?”
Aku hanya mengangguk pasti. Faiz berdiri dan berkata.
“Janji ya, kamu mau ngerubah aku jadi lebih baik lagi, dan bikin semua orang gak benci lagi sama aku.”
Aku hanya tertawa.
“Yang bisa ngerubah kamu itu diri kamu sendiri, bukan orang lain.”
“Tapi kamu mau bantu aku kan?”
“Iya..” kataku sambil tersenyum.
Itulah kisahku, kisah cinta dalam hati, yang selama hampir 3 tahun aku pendam.

End

Cerpen Karangan: Anisa Puspawati
Blog: anisapuspawati.blogspot.com
Next PostNewer Post Home

0 komentar:

Post a Comment